Seni / Seni Rupa

Bicara Seni Kontemporer dengan Robert Bartoux, Pendiri Galeries Bartoux

Dengan 16 galeri yang tersebar di tiga benua, Galeries Bartoux telah melangkah jauh sejak kali pertama dibangun pada 1993. Mengkhususkan diri di seni kontemporer, Galeries Bartoux konsisten menempatkan dirinya secara terus menerus menjadi yang terdepan dalam dunia seni. Robert Bartoux, pendiri Galeries Bartoux pada Art Republik menguraikan beberapa hal terkait semangat galeri dan seni yang diwakilinya. […]

11 Jul, 2017 | Oleh Rai Rahman Indra

Robert-BARTOUX

Dengan 16 galeri yang tersebar di tiga benua, Galeries Bartoux telah melangkah jauh sejak kali pertama dibangun pada 1993. Mengkhususkan diri di seni kontemporer, Galeries Bartoux konsisten menempatkan dirinya secara terus menerus menjadi yang terdepan dalam dunia seni.

Robert Bartoux, pendiri Galeries Bartoux pada Art Republik menguraikan beberapa hal terkait semangat galeri dan seni yang diwakilinya.

Sudah lebih dari 24 tahun sejak Anda membuka galeri pertama di Honfleur. Bagaimana pengalaman yang dilalui sebagai seorang pemilik galeri?
Sangat mencerahkan. Setiap hari, saya mempelajari sesuatu yang berbeda, dan selalu bertemu orang-orang baru, kolektor dan seniman baru.

Bagaimana dengan Asia Tenggara? Apakah ada bedanya beroperasi di sini dibanding di Eropa, atau di AS?
Ada sejumlah adaptasi, tentu saja, akan tetapi esensinya selalu sama. Ini menarik, karena ketika saya memulai membangun perusahaan di luar Perancis, sebagai contoh, di New York atau Singapura, saya kaget ketika menemukan bahwa spirit yang sama dimiliki dengan apa yang ada di Perancis. Seni adalah bahasa internasional, dan meski kadang kami sama-sama tidak mengerti bahasa masing-masing atau gaya hidup masing-masing, kami selalu dapat menemukan titk temu di sebuah karya seni.

Apakah ada jenis karya seni tertentu yang diusung galeri?
Kami mengusung beberapa gaya di Galeries Bartoux: modern art, pop art dan street art. Semangat yang diusung adalah tidak menjadi galeri antik. Kami mesti menjadi galeri yang mengangkat kekinian, dan kami ingin selalu menampilkan seniman yang saat ini sedang menapaki kiprahnya dalam berkarya. Publik akan menemukan dengan mudah bahwa hampir tidak ada seniman China di galeri, sekitar 90 persen adalah karya seniman Eropa. Tak hanya di Galeries Bartoux, ini terjadi di galeri yang lain juga.

Di Asia, ada banyak sekali karya seni China yang indah dan saya kagumi, dan itu laku dijual. Namun, karya seni sifatnya internasional, ada gaya tertentu dalam berkarya. Kami tidak ada di sini untuk bisnis dan uang semata, dan saya tak ingin tampil beda hanya untuk menjadi galeri yang beda. Harapan saya adalah mendukung karya seni yang saya yakini, dan karenanya saya mewakili generasi seniman jalanan juga.

- Bernard Buffet, 'Clown', 1993/Image courtesy Galeries Bartoux

– Bernard Buffet, ‘Clown’, 1993/Image courtesy Galeries Bartoux

Jadi apa bedanya seni Asia dan Eropa?
Budaya Asia sangat berbeda dengan Eropa. Secara perlahan kami membuka diri akan beragam gaya seni, tapi di negara seperti China, ini masih sulit terjadi. Tidak banyak seni jalanan di sana, karena melakukan seni jalanan di China akan berdampak buruk pada seniman.

Sementara kita mengupas seni jalanan, tema yang diangkat majalah Art Republik berikutnya adalah Champions, yang mengupas gagasan aksi berontak untuk sebuah tujuan. Bagaimana menurut Anda akan seniman jalanan dan seniman komersial?
Seniman jalanan sangat menarik untuk di kupas karena mereka punya motif berbeda dari seniman komersial. Mereka berkarya tanpa supervisi dan kadang, mereka dapat masalah dengan pihak kepolisian. Namun, oleh karenanya, mereka belajar untuk bekerja dengan cepat. Ketika Anda bekerja dengan cepat dan ingin membuat sesuatu yang bagus, seseorang akan berakhir dengan teknik pengembangan yang mengesankan. Sebut saja di antaranya Banksy, dan kini ada banyak sekali jenis seniman jalanan yang bertalenta. Seniman seperti Noe Two, Mr Brainwash, adalah gerakan besar di seni pop setelah Andy Warhol, 45 tahun lalu dan ini juga potensi bisnis yang menjanjikan.

- Mr Brainwash, 'Wonder Woman', 2017/ Image courtesy Galeries Bartoux

– Mr Brainwash, ‘Wonder Woman’, 2017/ Image courtesy Galeries Bartoux

Bicara soal bisnis, dapatkah Anda ceritakan bagaimana keseharian yang Anda jalani? Apakah mengunjungi galeri setiap hari?
Di masa silam saya akan mengunjungi galeri sekail sebulan, akan tetapi sekarang saya melakukannya setiap sekali dua bulan. Saya juga menghabiskan banyak waktu dengan para seniman. Hari-hari saya jadwalnya penuh sekali, tapi saya menyukainya. Ayah saya juga terjun di bisnis ini, bukan sebagai seorang galeris, tapi membuat buku seni yang sangat indah dan mengagumkan. Saya mulai bekerja di bisnis ini ketika saya 18 tahun, dan saya selalu mengatakan pada diri sendiri bahwa saya lahir untuk bisnis ini, dan saya akan berakhir di bisnis ini juga.

Apakah Anda memiliki rencana ke depan untuk Galeries Bartoux?
Ya, kami punya banyak sekali proyek. Sebelumnya kami sukses masuk ke pasar Asia lewat galeri di Singapura, jadi kami berencana membuka lagi di Hong Kong. Kami juga melihat potensi buka di Dubai, di Timur Tengah. Ekspansi berikutnya adalah Eropa, karena ada pasar besar di sana, kemungkinan di Venesia. Setelah itu, kita lihat saja nanti.


 
Back to top