Seni / Seni Rupa

Koh Sang Woo: Melukis Perubahan Dunia

Menggabungkan fotografi, seni pertunjukan dan lukisan, Koh Sang Woo, seniman visual asal Korea mempertimbangkan kembali cara kita memandang orang lain dan memahami diri kita sendiri.

24 Agu, 2020 | Oleh Rai Rahman

Resistance (2016) 104×104

Menangkap setiap subjek dalam bentuk paling rapuh dan orisinal dengan menggunakan negatif film, seniman visual Koh Sang Woo menggabungkan fotografi, seni pertunjukan dan lukisan di setiap karyanya, sebagai upaya menghadirkan pada publik akan kesempatan melihat perubahan dunia, dan mempertimbangkan kembali cara kita dalam memandang orang lain, dan memahami diri kita sendiri.

Seniman Visual Korea Koh Sang Woo Melukis Perubahan Dunia

Carrera (2013) 104×104

Anda lahir di Seoul dari keluarga seniman. Apa yang mendorong Anda ke Amerika Serikat?

Ketika saya masih di bangku sekolah di Seoul, Korea Selatan, pendidikan seni di sekolah lebih memberikan fokus utama pada teknik daripada ide dan konsep. Teknik yang diajarkan guru adalah bagian paling dominan dari pendidikan seni. Mengulang teknik yang sama lagi dan lagi, dari jam hingga minggu menduplikasi apa yang dilakukan guru. Saya menyadari bahwa di AS memiliki sistem pendidikan seni yang berbeda. Setelah mengetahui bahwa saya diwajibkan membuat 20 karya orisinal untuk portofolio masuk bangku perguruan tinggi, saya tertarik untuk belajar di luar negeri. Di sana membutuhkan kreativitas lebih banyak, dan saya melihat visi dan gaya yang saya inginkan begitu membuat portfolio. Saya ingin belajar seni di AS, di mana saya bisa membuat visi dan gaya sendiri untuk sesuatu yang lain, dan sesuatu yang baru.

Anda tamat dari Chicago School of Art Institute di 2001 dengan dua jurusan di bidang Fotografi dan Seni Pertunjukan. Ceritakan bagaimana awalnya Anda menjadi seniman di New York.

Begitu tamat dari SAIC, saya dipilih oleh salah satu galeri seni bergengsi di Chicago dan menggelar pameran di sana. Mereka membantu saya di awal karier untuk mendapatkan atensi publik, sebagai seniman muda untuk berpartipasi di Armory Show selama tiga tahun berturut-turut. Bagaimanapun, Chicago terasa terlalu konservatif dan membatasi saya dalam hal apa yang saya inginkan sebagai seniman.

Saya kemudian memutuskan ini waktunya untuk mencoba New York City dan membuat langkah besar dengan pindah ke East coast. NYC, lingkungan baru yang tampak menantang saya dalam mempertanyakan pemikiran berbeda yang selalu ada di kepala.

“Apa yang diterima masyarakat?”, pertanyaan ini menggiring saya pada cerita visual akan berbagai pendapat. Tak lagi menjadi orang asing bagi kota ini, setiap karya saya menampilkan kombinasi akan warna, kata-kata dan objek. Perpindahan akan penggunaan berbagai macam media merepresentasikan transformasi saya selama hidup di NYC. New York menyadarkan saya akan banyak hal, termasuk kesadaran akan ras, yang tak ditentukan oleh dari mana saya berasal.  Tanpa bermaksud mengidentifikasi  saya sendiri, saya melacak bagaimana rasa terisolasi dan ketakutan, rasa sakit dan kesedihan, kegelisahan dan kehilangan, dan bagaimana aspek sosial dari berjalannya waktu menimbulkan kebingungan identitas. Di samping itu, juga menggambarkan perjalanan penyembuhan luka, dan mengobati luka sosial sebagai orang asing. NYC membantu saya bertumbuh sebagai seorang seniman, saya memiliki cinta yang besar terhadap kota yang menunjukkan pada saya akan tak adanya batasan, khususnya selama awal tahun 2000-an.

Walk with me (2018) 104×104

Masyarakat Korea lebih dikenal akan kedekatannya pada kekayaan sejarah dan budaya yang spesifik. Pada diri Anda, yang sudah bepergian ke beberapa negara di dunia, bertemu seniman Amerika, Asia dan Eropa. Bagaimana perjalanan ini memengaruhi karya seni Anda?

Ketika Anda lahir pada satu negara, Anda dibentuk oleh lingkungan pada titik tertentu dalam hidup. Saya cukup beruntung bertemu dan membangun hubungan dengan orang-orang di seluruh dunia. Hubungan ini membentuk cara pandang dan pemikiran saya selama beberapa tahun. Anda menjadi potongan puzzle akan beragam budaya yang membentuk satu keutuhan gambar.

Pierrot Lion (2019) 150×150

Anda selalu mencari teknik baru dalam berkarya. Ceritakan tentang teknik biru yang Anda kembangkan dalam seni fotografi dan hubungannya dengan Man Ray?

Referensi akan Man Ray berdasar pada bagaimana pemikiran seseorang dalam mencoba hal baru dan inovasi, menggiringnya pada satu hal tertentu. Man Ray adalah seniman pertama yang mendorong akan lahirnya gambaran/foto/representasi dari pemikiran melalui bentuk yang sederhana. Teknik solarisasi merupakan salah satu inovasi yang melabrak batas akan medium. Saya benar-benar menghargai karyanya. Teknik inverse hadir ketika saya memfokuskan pada fotografi analog di ruang gelap dan saat saya dikenalkan pada program komputer untuk pertama kalinya. Photoshop baru saja muncul ketika saya di sekolah menengah atas. Perkembangan teknologi sangat cepat dalam dua dekade terakhir tapi ketika saya memulai membuat karya, semua elemen masih baru.

Pierrot (2012) 100×130

Bagaimana Anda mengintegrasikan seni pertunjukan ke dalam karya?

Pada kebanyakan karya yang saya buat, semua berawal dari pikiran saya, akan sebuah pertunjukan. Lapisan bahan, warna, gerak dan bagaimana menangkap esensi sebagai sebuah gambar. Ada atribusi teatrikal pada kebanyakan karya saya di awal 2000-an, di mana saya memulai untuk menemukan sesuatu yang khas dalam gerak film.

Emotion (2016) 90×122

Gambar kupu-kupu dan bunga kerap tampil dalam karya Anda. Sepertinya perhatian akan upaya pelestarian alam menjadi hal penting bagi Anda sebagai seorang seniman. Boleh ceritakan lebih jauh akan hal ini?

Kupu-kupu melalui sebuah proses untuk menjadi kupu-kupu yang indah. Proses yang disebut metamorfosis ini, saya pikir kita semua terhubung dengannya. Bertumbuh secara fisik dan juga mental. Bunga juga menjadi representasi akan beragam rasa, dan bagaimana setiap bunga menggiring makna yang berbeda pula. Saya pikir, saya tak dapat menjelaskan kedalaman dari apa yang direpresentasikan oleh bunga, sebagai bagian dari keseluruhan karya. Bukan sekadar simbol untuk merepresentasikan sebuah pemikiran atau rasa.

Paint Over Me (2018) 104×104

Sebutkan lima kata yang dapat menggambarkan karya seni Anda?

Cinta, hidup, gairah, koneksi, dan inspirasi.

Introvert (2017) 104×104

Beberapa media menggambarkan Anda sebagai seniman ‘yang sibuk’ mempertahankan kebebasan berpendapat dan hak untuk menjadi berbeda. Apakah ini menginspirasi Anda?

Sebagai seorang seniman atau bagian dari masyarakat, saya percaya kita butuh mempertahankan dan memegang teguh apa yang kita yakini. Melawan nurani atau tidak, kebebasan adalah sesuatu yang butuh didefinisikan dan dipertahankan bagi kita semua, agar bisa merasakan kedamaian. Kita tidak akan bisa menjadi seniman besar di bidang manapun jika kita tidak bersuara untuk didengarkan, menuangkan ide dan tantangan untuk terus berkembang.

Setiap kali saya merasa saya ingin menyampaikan pendapat, saya menciptakan sebuah potret diri. Satu-satunya kemampuan yang memberi saya rasa aman, yakni menuangkan pemikiran saya ke dalam potret diri. Ekspresi tercermin dengan cara menggunakan tubuh saya sebagai kanvasnya.

KissII (2009) 77×110

Di kota mana yang Anda inginkan untuk pameran solo berikutnya?

Amsterdam, Belanda. Oktober 2020.

Di mana publik dapat melihat karya Anda secara online, apakah dijual?

ArtsyArtnet  dan situs saya

Destiny (2019) 150×150

Baru-baru ini, budaya Korea, disamping musik dan K-Pop, mendapat apresiasi positif dari dunia global termasuk film ‘Burning’ (2018) dan ‘Parasite’ (2019). Bagaimana menurut Anda akan hal ini?

Saya pikir ini kembali pada kekebasan berekspresi, dan adanya kesempatan untuk mengirimkan gagasan ini kepada khalayak lebih luas. Saya seorang pecinta film dan saya menyukai bagaimana seniman, sutradara dan penulis naskah Korea membuat genre baru dari film yang berasal dari Korea Selatan. Menjadi pusat dari gagasan dan genre ‘baru’ untuk tingkat global, dan saya pikir gerakan ini akan makin menguat di masa yang akan datang.

Koh Sangwoo

Jika Anda bisa menyebutkan satu nama mentor yang menginspirasi Anda, baik di kehidupan dan langkah Anda sebagai seorang seniman, siapakah dia?

Ayah saya. Ia membuat karya seni selama lebih dari lima dekade dan gairah yang hadir dalam karyanya sangat tak terbantahkan. Ia saat ini berusia 70-an tahun, dan masih membuat karya setiap hari. Ketahanan dan dedikasinya pada karya atau yang ia buat sangat mengagumkan.

Lihat karya-karya Koh Sang Woo via situsnya , Instagram , atau email secara pribadi via: [email protected].


 
Back to top