Luxury / Termewah & Termahal

Kemewahan Terjangkau London: Efek Brexit

Ketika prospek efek Brexit membebani sebagian besar ekonomi Inggris, bisnis turisme dan barang mewah mengambil untung dari menurunnya nilai pound.

12 Des, 2016 | Oleh LUXUO

luxuo-id-brexit

Ketika prospek dari Brexit membebani sebagian besar dari ekonomi Inggris, bisnis pariwisata dan barang mewah mengambil untung dari wisatawan yang terpikat akan menurunnya nilai pound.

Para agen pariwisata di London mengatakan bahwa penjualan dari barang bebas pajak telah meningkat sebanyak sepertiga semenjak pengambilan suara Brexit pada Juni, yang menyebabkan nilai poundsterling turun drastis dibanding euro dan dollar. “Kami mengkalkulasi bahwa selama empat bulan terakhir, berbelanja di sini menjadi lebih murah sebesar 12 persen bagi para orang Eropa,” ujar Chris Gottlieb, kepala dari marketing liburan di agensi London & Partners.

Nilai pound sekarang berada di 1.17 euro dibandingkan dengan 1.3 euro sebelum voting mengejutkan untuk meninggalkan Uni Eropa, sementara ia juga jatuh dari $1.49 dolar menjadi $1.25. Hasilnya adalah London menjadi kota termurah untuk berbelanja barang mewah di dunia dalam hal dollar, menurut suatu studi oleh Deloitte.

Membelanjakan lebih banyak

Di area turis, efeknya sangat terasa. “Kami akan menghabiskan lebih banyak dari yang kami rencanakan,” ujar Radostina Nonova, seorang turis asal Bulgaria, tertawa sembari mengangkut tasnya di Carnaby Street – di jantung distrik perbelanjaan London.

“Kami awalnya tidak berencana untuk berbelanja banyak, namun jelas bahwa harga-harganya sangat baik untuk kami. Kami sekarang bisa berbelanja dan makan minum di luar, yang beberapa tahun lalu tidak mungkin terjadi,” ujarnya.

Turis asal Perancis Christophe Disic mengatakan bahwa ia tidak berkunjung hanya karena nilai pound rendah, namun “ketika kami menukar uang kami sadar kami memiliki beberapa pound yang lebih banyak untuk euro yang lebih sedikit.”

Ketika berbicara dengan turis-turis asal AS, para penjaga toko cepat mengeluarkan kalkulator. “Kami adalah merek Amerika. Produk kami didesain dan dirangkai di AS. Namun dengan melemahnya pound, menjadi lebih murah bagi turis Amerika untuk berbelanja produk Amerika di London,” ujar Denis Sagajevs, yang bekerja di Shinola, sebuah toko menjual jam tangan dan aksesoris kulit.

“Itu dipengaruhi dengan fakta bahwa mereka dapat mengambil VAT saat hendak pulang. Kami seringkali menjelaskan hal tersebut bagi para pelanggan dari AS, hal itu juga menjadi penggerak penjualan yang kuat,” tambahnya.

50 persen perkembangan di para pembeli

Beberapa toko pun mengadaptasi taktik periklanan dan penjualan mereka dengan perilaku konsumer yang baru. “Sebelum voting, turis Eropa hanyalah pasangan-pasangan yang datang untuk menghabiskan waktu bersama dan mungkin membeli beberapa barang,” ujar James, seorang manajer dari toko pakaian mewah pria di Carnaby Street.

“Saat ini, mereka adalah sekelompok teman yang memburu masuk. Mereka mengambil semuanya yang dapat mereka bawa.” James memperkirakan bahwa jumlah turis Eropa dan AS yang datang ke tokonya meningkat sejumlah 50 persen.

Ketimbang menghabiskan biaya dalam periklanan mahal di koran-koran Inggris seperti yang mereka lakukan sebelumnya, firma mereka berganti taktik untuk lebih menarik turis mancanegara. Mereka telah menempelkan berbagai iklan diluar stasiun kereta Underground di dekat toko-tokonya. Namun terdapat keraguan tentang seberapa lama ledakan tersebut akan berlangsung.

Sementara sebagian kesehatan dari ekonomi Inggris dijamin oleh pertumbuhan solid sebesar 0.5 persen di kuarter ketiga, ramalan resmi akan 2017 telah diturunkan menjadi 1.4 persen dari 2.2 persen. “Penjualan dari pembeli asal Inggris adalah tidak sekuat sebelum voting dan kami pun tidak yakin apakah ledakan pariwisata ini akan bertahan lama,” ujar James.

Cerita ini juga tersedia dalam Bahasa Inggris. Baca di sini: London Luxury Bargains: Brexit Effect


 
Back to top